TEORI
ORGANISASI UMUM 2
1.
ADIRZA PRAHASTA
2.
BURHANUDDIN ASHARI (11111562)
3.
DWI ARDIANTI (12111225)
4.
HARDI (18111525)
5.
MILA FEBRIANA MEGAWATI (14111488)
6.
NURUL AMALIA SOLIHA (15111382)
6.
RIFIANDIKA ARIEF (16111175)
7.
STEVEN ARI FEBRIANDI (16111901)
KELAS
: 2KA19
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun Tugas
Makalah Teori Organisasi Umum2.
Kritik dan saran kami harapkan dari pembaca, khususnya
kepada dosen yang membimbing kami, demi kesempurnaannya tugas makalah yang akan
datang.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi para pembaca, dan
diharapkan mereka dapat lebih mengetahui dan memahami tentang perilaku
konsumen.
Amin ya Rabbal ‘alamin.
Depok, 22 Maret 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................3-4
I.1. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................3
I.2. RUMUSANMASALAH
………………………………………………………………………………………. 3
I.3. TUJUAN PENULISAN
……………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................................5-19
II.1 ISI ………………………………………………………………………………………………………….5-15
II.2 STUDI KASUS …………………………………………………………………………………………16-19
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………...........20
III.1. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………….20
III.2. SARAN …………………………………………………………………………………………………20
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….......21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku
konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan denga
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal
yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari
perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu
sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitias yang di
sederhanakan. Model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu sekema
atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas
konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula diartikan sebagai kerangka kerja
atau suatu yang mewakili apa yang di yakinkan konsumen dalam mengambil
keputusan membeli.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari perilaku konsumen ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen ?
3. Bagaimanakah pendekatan perilaku konsumen ?
4. Bagaimanakah perilaku konsumen Indonesia ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah:
1. Untuk memenuhi tugas Teori
Organisasi Umum 2
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku konsumen
3. Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 ISI
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku
konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian. Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa.
Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna
berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang,
kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka
mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini
adalah wujud dari konsumen
Menurut Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku
konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut. Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku
konsumen yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu
secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan
barang-barang dan jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002)
menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh
dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan
aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan
oleh individu, kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu
produk sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan
sumber-sumber lainnya
2.2 Dua wujud konsumen
1.
Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa
untuk penggunaannya sendiri.
2.
Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen
2.3.1 Faktor Sosial
a.
Group
Sikap
dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana
orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership
group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga,
teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan
memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan
profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b.
Family Influence
Keluarga
memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar
telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian
produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang
besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.204).
c.
Roles and Status
Seseorang
memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan,
organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang
untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa
sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh
masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
2.3.2 Faktor Personal
a.
Economic Situation
Keadaan
ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan
konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah.
Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan
keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b.
Lifestyle
Pola
kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini
orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler,
Amstrong, 2006, p.138)
c.
Personality and Self Concept
Personality
adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan
respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang
yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah
beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki
gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan
konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d.
Age and Life Cycle Stage
Orang-orang
merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa
makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur,
membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang
berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin
dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang
menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis.
(Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e.
Occupation
Pekerjaan
seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja
konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat
kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran,
sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari
restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
2.3.3 Faktor Psychological
a.
Motivation
Kebutuhan
yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari
kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu
kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki,
dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal,
keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang
paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi
motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan
paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b.
Perception
Persepsi
adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan
informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat
membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama
(Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c.
Learning
Pembelajaran
adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari
informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi,
observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru
yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi
individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama
(Schiffman, Kanuk, 2004, p.207)
d.
Beliefs and Attitude
Beliefs
adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat
didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006,
p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan
kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide
(Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
2.3.4 Faktor Cultural
Nilai-nilai
dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui
keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu
paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan
nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang
secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003,
pp.201-202).
a.
Subculture
Sekelompok
orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan
keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130).
Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai,
sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.202).
b.
Social Class
Pengelompokkan
individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak
hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan
juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006,
p.132).
2.3.5 Keputusan Pembelian
Keputusan
pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau
lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat
membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan
untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan
keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya.
Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif)
namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan
rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing
misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
2.
Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada
tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat
dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.
3.
Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen
sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar
belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan
kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)
2.4 Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan
perilaku konsumen terbagi dua yaitu:
1. Teori
Kardinal ( Cardinal Theory)
Teori
Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,sebagaimana
kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,panjang dengan centimeter atau
meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk
mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang
diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari
konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan suatu
unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang
harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per
unit.
2.
Teori Ordinal ( Ordinal Theory )
a.
Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut
Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk
menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi
(indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai
kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen.
b. Kurva Garis Anggaran (
Budget Line Curve )
Garis Anggaran (budget line)
adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang
membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
c.
Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan
harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang
segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin
luas,maka daya beli meningkat,begitu juga sebaliknya.
2.5 Perilaku Konsumen Indonesia
Menurut
Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2.
Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada
kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa
perencanaan sebelumnya).
3
Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi).
Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook
dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4.
Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen
Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna
biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5.
Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita
cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan
begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang
hal itu sendiri.
6.
Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia
juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias
dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7.
Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama.
Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran
agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh
seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang
mengusung symbol-simbol agama.
8.
Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan
gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking
pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di
negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada
tiga budaya yang menyebabkan
gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
9.
Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan
menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya
ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku
yang lain.
10.
Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu
karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap
isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen
terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di
perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham
dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga
premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah
lingkungan terhadap mereka.
2.6 Proses Pengambilan Keputusan
pembelian
Sebelum
dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah
proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni :
1.
Pengenalan masalah (problem
recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang
dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat
menentukan produk yang akan dibeli.
2. Pencarian informasi (information
source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk
mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui
pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal
dari dalam memori (internal)
dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.
Mengevaluasi
alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat
berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang
ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.
Keputusan pembelian (purchase
decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternative strategis yang ada, konsumen akan
membuat keputusan pembelian. Terkadang waktuyang dibutuhkan
antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan
adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.
Evaluasi
pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi
yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan
pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah
produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut
sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk
tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika
produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan
permintaan konsumen pada masa depan.
2.7 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Terdapat
lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.
Motivasi (motivation)
merupakan suatu dorongan yang ada dalam
diri manusia untuk
mencapai tujuan tertentu.
2.
Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus
atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan penalamannya terhadap
rangsangan tersebut.
3.
Pembentukan sikap (attitude
formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang
mencerminkan sikap suka/tidak
suka seseorang akan suatu hal.
4.
Integrasi (integration)
merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon
atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli
dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli
produk tersebut.
II.2 STUDI KASUS
Analisis Perilaku Konsumen dalam
Pembelian Online
Di
zaman serba instan ini, biasanya seseorang menginginkan sesuatu hal didapatkan
secara mudah dan dengan cara yang sederhana. Misalnya dalam berbelanja. pembeli
tidak perlu lagi datang ke toko dimana produk yang dia inginkan dijual. Pembeli
hanya perlu mengakses internet kemudian memilih website sebagai toko online
yang menjual produk yang dia inginkan. Setelah memilih barang yang diinginkan
sesuai dengan spesifikasinya, dia hanya perlu membayarnya dengan kartu kredit
atau transfer melalui phone banking dan bisa juga melalui layanan internet
banking. Pembeli hanya perlu menunggu sampai barang yang di pesan dikirimkan
langsung ke rumah.
Belanja
online sebetulnya dalam sejarahnya sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Hanya
saja saat itu medianya bukan dengan menggunakan layanan internet. Saat itu
sudah dikenal dengan memakai televisi dan telepon. Penjual dapat mengiklankan
produknya menggunakan televisi dan pembeli dapat membeli barang tersebut secara
online melalui sambungan telepon. Caranya hampir sama dengan belanja online
dengan layanan internet. Pembeli hanya tinggal menghubungi penjual, kemudian
penjual mengirimkan barangnya ke rumah pembeli dan terjadilah transaksi jual
beli di rumah pembeli.
Lain
lagi jika kita membeli sebuah barang melalui sebuah forum jual beli. Dalam
forum jual beli lebih diutamakan kenyamanan masing-masing pihak antara penjual
dan pembeli. Misalnya mereka bisa melakukan pembayaran secara COD (Cash On
Delivery) atau menggunakan Rekening Bersama. Namun cara seperti COD memang ada
kelemahannya. Karena pembeli dan penjual tetap harus mau repot untuk bertemu di
sebuah tempat yang dijanjikan. Keuntungannya adalah keduanya bisa sama-sama
mengerti tentang barang dan jenis transaksi yang lebih cepat yaitu menggunakan
uang tunai.
Saya
pribadi memiliki pengalaman dalam berbelanja online. Saat itu saya tengah
menyiapkan kelahiran si buah hati. Sebagai orang tua tentu saja kami menyiapkan
segala sesuatunya. Mulai dari pakaian hingga perlengkapan lainnya. Nah, saat
itu saya sangat tertarik pada gendongan kangguru. Karena di toko aslinya lebih
mahal akhirnya saya mencarinya secara online. Alhamdulillah saya mendapatkan
toko online yang menjual gendongan kangguru yang saya inginkan. Tinggal memilih
item yang saya inginkan, kemudian melakukan pembayaran melalui transfer bank
dan saya hanya tinggal menunggu barang tersebut dikirimkan. Tidak jarang toko
online memberikan potongan harga menarik dan barangnya tentu saja bisa saya
dapatkan lebih murah.
Keunggulan Belanja Online
Ada
beberapa keunggulan berbelanja secara online, antara lain:
Pertama,
pembeli tidak terikat antara jarak dan
waktu. Contoh sederhana misalnya beberapa waktu yang lalu, saya mempunyai
konsumen yang berasal dari kota Pontianak. Disana jarang sekali ditemukan pusat
perbelanjaan, seperti toko pakaian, dll. Terkadang dia mengalami kesulitan
untuk mencari pakaian-pakaian yang ia inginkan. Dengan adanya toko online,
konsumen saya tidak kesulitan lagi mencari pakaian-pakaian yang ia inginkan.
Dia hanya perlu mencari toko online yang menjual pakaian yang dia inginkan
kemudian dia memesannya secara online pula. Dengan demikian, keinginannya untuk
mendapatkan pakaian terbaru kini sudah terbantu berkat toko online. Lebih cepat
dan lebih mudah.
Kedua, pembeli
dari segala usia bisa melakukan belanja secara online. Dengan memanfaatkan
gadget yang anda miliki, anda bisa membeli barang yang anda inginkan secara
online. Pembeli hanya tinggal memilih barang apa saja yang akan dipesan.
Setelah melakukan pembayaran melalui transfer uang, pembeli hanya tinggal
menunggu barang yang dipesan datang ke rumah secara langsung. Tidak repot harus
keluar rumah dan mengeluarkan biaya bensin. Jika dihitung-hitung akan lebih
mahal berbelanja secara langsung ke tokonya. Pembeli akan lebih banyak
mengeluarkan uang. Selain untuk ongkos bensin, pastilah juga keluar biaya lain.
Perlu usaha lebih dan godaannya pun semakin banyak jika berbelanja secara
langsung.
Ketiga,
belanja secara online sangat menghemat
waktu dan energi. Bagi pekerja di Jakarta, tentu waktu dan energi adalah
sesuatu hal yang sangat berharga. Pekerja yang terbiasa berangkat pagi hari dan
pulang malam hari tentu saja tidak memiliki waktu lagi untuk berbelanja secara
langsung kecuali pada hari libur. Dengan adanya toko online mereka tidak perlu
lagi khawatir, karena berbelanja dapat di lakukan dimana saja dan kapan saja.
Apakah ketika terjebak di kemacetan Jakarta atau saat terbangun tengah malam.
Toko online selalu buka setiap saat selama 24 jam dalam seminggu.
Kelemahan Belanja Online
Dibalik
keunggulan pastilah ada beberapa kelemahan. Namun hal ini bisa di hindari jika
kita mengetahui sebelumnya. Berikut adalah beberapa kelemahan berbelanja secara
online;
Pertama,
barang yang dipajang di toko online bisa
saja spesifikasinya berbeda dengan yang dikirimkan. Disinilah hak pembeli
untuk meminta jaminan atau garansi. Jika spesifikasi tidak sesuai dengan yang
dicantumkan di toko online pelanggan berhak mendapatkan penggantian atau uang
kembali. Maka jangan lupa untuk screen shot halaman websitenya setiap kita akan
membeli sebuah barang. Agar kita bisa melakukan komplen jika barang yang kita
beli spesifikasinya tidak sesuai dengan yang disebutkan di toko onlinenya.
Bahkan di forum jual beli pemberian garansi sudah menjadi hal yang lumrah
sehingga pembeli tidak ragu dan khawatir lagi. Dengan adanya garansi justru
akan menaikkan posisi tawar sebuah barang dan tentu saja menaikkan reputasi
toko online tersebut.
Kedua,
jika barang yang di kirim tidak sesuai
dengan spesifikasinya yang paling repot adalah melakukan klaim. Prosesnya
bisa lebih lama dibandingkan dengan proses membelinya. Maka ukuran sebuah toko
online itu berkualitas atau tidak dapat dilihat juga dari proses kemudahan
klaim. Jika hal ini diabaikan lebih baik pembeli menghindari toko online seperti
ini. Untuk itu lihatlah testimoni-testimoni terhadap toko online tersebut. Di
forum jual beli, testimoni pelanggan jelas sangat berpengaruh terhadap reputasi
seorang pedagang. Dengan mengolah testimoni, sebuah toko online akan semakin
besar dan semakin memiliki reputasi baik di mata calon pembeli. Pembeli
biasanya akan menjadi pelanggan tetap, jika merasa puas dengan layanan dan
proses yang baik. Akan lebih baik jika testimoni itu bukan hanya sebatas
testimoni secara online.
Ketiga,
toko online sangat bergantung pada kurir
atau perusahaan jasa pengiriman. Lihat dengan teliti siapakah rekanan toko
online tersebut. Karena proses pengiriman bisa saja lebih lama dari yang
dijanjikan terutama pada masa-masa sibuk seperti saat Hari Raya. Durasi
pengiriman yang cepat juga dapat meningkatkan reputasi toko online. Meskipun
sebetulnya pengiriman sudah dilimpahkan pada jasa pengiriman. Maka ada baiknya
pembeli memahami betul mana saja perusahaan jasa pengiriman yang bisa tepat
waktu mengirimkan barang yang dipesan.
Kami
mempunyai solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas :
Cari toko online yang memiliki rekam jejak yang
baik melalui testimoni dan reputasinya. Jadilah pembeli yang cerdas. Untuk
menjadi pembeli yang cerdas dimulai dari memilih toko online yang memang sudah
betul-betul memiliki reputasi baik. Agar terhindar dari penipuan dan cybercrime
lainnya. Pembeli juga harus teliti dengan barang-barang yang di deskripsikan.
Jangan malu untuk bertanya dahulu kepada customer service. Pembeli harus
cerewet untuk memastikan bahwa barang yang dipesan memang sesuai dengan
keinginan pembeli. Proses tanya jawab tersebut bisa dilakukan melalui chatting
atau via sms atau bbm, dan lain sebagainya. Tidak jarang mereka juga memiliki
social media sehingga bisa lebih mendekatkan diri pada pelanggannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari keunggulan dan kelemahan tersebut saya pribadi lebih memilih
berbelanja online pada toko online yang sudah direkomendasikan oleh
teman-teman saya. Sehingga kerugian atau resiko adanya penipuan bisa dihindari.
Maka, rekomendasi inilah yang sebetulnya harus dikelola dengan baik jika para
pemilik toko online jeli. Karena rekomendasi adalah marketing yang paling
efektif terutama dalam bisnis online.
Dari belanja online saya pun jadi ikut-ikutan berjualan online
meskipun hanya sebatas menggunakan forum jual beli. Bahkan tidak sedikit yang
menuai kesuksesan karena kemudahan berbelanja secara online menjadi kemudahan
berdagang secara online. Toko online tidak perlu ditunggui bahkan tidak perlu
mempekerjakan karyawan untuk menjaganya. Bukan tidak mungkin seorang pembeli
online berubah menjadi pengusaha online. Dibalik itu semua, jual beli online
bisa mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha muda.
Dimasa-masa yang akan datang dimana proses keamanan berbelanja online
semakin baik dan ketat tentu saja pembeli akan merasa nyaman dan merasa
dimudahkan untuk melakukan belanja secara online. Yang perlu disiapkan adalah
sistem yang baik agar bisa melindungi pembeli maupun penjual.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
utamanya kawan-kawan harus lebih hati-hati dalam melakukan pembelian secara
online.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA