Rabu, 20 Maret 2013

perilaku konsumen


TEORI ORGANISASI UMUM 2

ug.jpg

1. ADIRZA PRAHASTA
2. BURHANUDDIN ASHARI                   (11111562)
3. DWI ARDIANTI                          (12111225)
4. HARDI                                         (18111525)
5. MILA FEBRIANA MEGAWATI (14111488)
6. NURUL AMALIA SOLIHA         (15111382)
6. RIFIANDIKA ARIEF                             (16111175)
7. STEVEN ARI FEBRIANDI                   (16111901)
KELAS : 2KA19


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyusun Tugas Makalah Teori Organisasi Umum2.
Kritik dan saran kami harapkan dari pembaca, khususnya kepada dosen yang membimbing kami, demi kesempurnaannya tugas makalah yang akan datang.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi para pembaca, dan diharapkan mereka dapat lebih mengetahui dan memahami tentang perilaku konsumen.

Amin ya Rabbal ‘alamin.    





Depok, 22 Maret 2013


Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................3-4
I.1. LATAR BELAKANG ..................................................................................................................3
 I.2. RUMUSANMASALAH ………………………………………………………………………………………. 3
I.3. TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................................5-19
            II.1 ISI ………………………………………………………………………………………………………….5-15
            II.2 STUDI KASUS …………………………………………………………………………………………16-19
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………...........20
III.1. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………….20
III.2. SARAN …………………………………………………………………………………………………20
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………….......21




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan denga pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.  
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitias yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen. Model perilaku konsumen dapat pula diartikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang di yakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari perilaku konsumen ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen ?
3. Bagaimanakah pendekatan perilaku konsumen ?
4. Bagaimanakah perilaku konsumen Indonesia ?

1.3  Tujuan Penulisan        
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah:
1.  Untuk memenuhi tugas Teori Organisasi Umum 2
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
3. Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen











BAB II
PEMBAHASAN
II.1 ISI
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini adalah wujud dari konsumen
Menurut Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan barang-barang dan jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu produk sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya
2.2 Dua wujud konsumen 
1. Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri. 
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
2.3.1 Faktor Sosial
a. Group
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
b. Family Influence
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
c. Roles and Status
Seseorang memiliki beberapa kelompok seperti keluarga, perkumpulan-perkumpulan, organisasi. Sebuah role terdiri dari aktivitas yang diharapkan pada seseorang untuk dilakukan sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Tiap peran membawa sebuah status yang merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat (Kotler, Amstrong, 2006, p.135).
2.3.2 Faktor Personal
a. Economic Situation
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
b. Lifestyle
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138)
c. Personality and Self Concept
Personality adalah karakteristik unik dari psikologi yang memimpin kepada kestabilan dan respon terus menerus terhadap lingkungan orang itu sendiri, contohnya orang yang percaya diri, dominan, suka bersosialisasi, otonomi, defensif, mudah beradaptasi, agresif (Kotler, Amstrong, 2006, p.140). Tiap orang memiliki gambaran diri yang kompleks, dan perilaku seseorang cenderung konsisten dengan konsep diri tersebut (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.212).
d. Age and Life Cycle Stage
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
e. Occupation
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Contohnya, pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207).
2.3.3 Faktor Psychological
a. Motivation
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214).
b. Perception
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasi, dan menerjemahkan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti dari dunia. Orang dapat membentuk berbagai macam persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.215).
c. Learning
Pembelajaran adalah suatu proses, yang selalu berkembang dan berubah sebagai hasil dari informasi terbaru yang diterima (mungkin didapatkan dari membaca, diskusi, observasi, berpikir) atau dari pengalaman sesungguhnya, baik informasi terbaru yang diterima maupun pengalaman pribadi bertindak sebagai feedback bagi individu dan menyediakan dasar bagi perilaku masa depan dalam situasi yang sama (Schiffman, Kanuk, 2004, p.207)
d. Beliefs and Attitude
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Sedangkan attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145).
2.3.4 Faktor Cultural
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
a. Subculture
Sekelompok orang yang berbagi sistem nilai berdasarkan persamaan pengalaman hidup dan keadaan, seperti kebangsaan, agama, dan daerah (Kotler, Amstrong, 2006, p.130). Meskipun konsumen pada negara yang berbeda mempunyai suatu kesamaan, nilai, sikap, dan perilakunya seringkali berbeda secara dramatis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.202).
b. Social Class
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).


2.3.5 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Bentuk proses pengambilan keputusan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
2. Partially Planned Purchase, bermaksud untuk membeli produk yang sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran. Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.
3. Unplanned Purchase, baik produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dapat mengingatkan sesorang akan kebutuhan dan memicu pembelian (Engel, F. James, et.al , 2001, pp.127-128)
2.4 Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan perilaku konsumen terbagi dua yaitu:
1.      Teori Kardinal ( Cardinal Theory)
Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,panjang dengan centimeter atau meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan suatu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit.
2. Teori Ordinal ( Ordinal Theory )
a. Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen.
b. Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
c. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas,maka daya beli meningkat,begitu juga sebaliknya.
2.5  Perilaku Konsumen Indonesia
Menurut Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2. Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
3 Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu  sendiri.
6. Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7. Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung symbol-simbol agama.
8. Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan
gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
9. Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun  unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
2.6 Proses Pengambilan Keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni :
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
 2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa  alternative strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktuyang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen.  Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan penalamannya terhadap rangsangan tersebut. 
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
















II.2 STUDI KASUS

Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Online

Di zaman serba instan ini, biasanya seseorang menginginkan sesuatu hal didapatkan secara mudah dan dengan cara yang sederhana. Misalnya dalam berbelanja. pembeli tidak perlu lagi datang ke toko dimana produk yang dia inginkan dijual. Pembeli hanya perlu mengakses internet kemudian memilih website sebagai toko online yang menjual produk yang dia inginkan. Setelah memilih barang yang diinginkan sesuai dengan spesifikasinya, dia hanya perlu membayarnya dengan kartu kredit atau transfer melalui phone banking dan bisa juga melalui layanan internet banking. Pembeli hanya perlu menunggu sampai barang yang di pesan dikirimkan langsung ke rumah.
Belanja online sebetulnya dalam sejarahnya sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Hanya saja saat itu medianya bukan dengan menggunakan layanan internet. Saat itu sudah dikenal dengan memakai televisi dan telepon. Penjual dapat mengiklankan produknya menggunakan televisi dan pembeli dapat membeli barang tersebut secara online melalui sambungan telepon. Caranya hampir sama dengan belanja online dengan layanan internet. Pembeli hanya tinggal menghubungi penjual, kemudian penjual mengirimkan barangnya ke rumah pembeli dan terjadilah transaksi jual beli di rumah pembeli.
Lain lagi jika kita membeli sebuah barang melalui sebuah forum jual beli. Dalam forum jual beli lebih diutamakan kenyamanan masing-masing pihak antara penjual dan pembeli. Misalnya mereka bisa melakukan pembayaran secara COD (Cash On Delivery) atau menggunakan Rekening Bersama. Namun cara seperti COD memang ada kelemahannya. Karena pembeli dan penjual tetap harus mau repot untuk bertemu di sebuah tempat yang dijanjikan. Keuntungannya adalah keduanya bisa sama-sama mengerti tentang barang dan jenis transaksi yang lebih cepat yaitu menggunakan uang tunai.
Saya pribadi memiliki pengalaman dalam berbelanja online. Saat itu saya tengah menyiapkan kelahiran si buah hati. Sebagai orang tua tentu saja kami menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari pakaian hingga perlengkapan lainnya. Nah, saat itu saya sangat tertarik pada gendongan kangguru. Karena di toko aslinya lebih mahal akhirnya saya mencarinya secara online. Alhamdulillah saya mendapatkan toko online yang menjual gendongan kangguru yang saya inginkan. Tinggal memilih item yang saya inginkan, kemudian melakukan pembayaran melalui transfer bank dan saya hanya tinggal menunggu barang tersebut dikirimkan. Tidak jarang toko online memberikan potongan harga menarik dan barangnya tentu saja bisa saya dapatkan lebih murah.
Keunggulan Belanja Online
Ada beberapa keunggulan berbelanja secara online, antara lain:
Pertama, pembeli tidak terikat antara jarak dan waktu. Contoh sederhana misalnya beberapa waktu yang lalu, saya mempunyai konsumen yang berasal dari kota Pontianak. Disana jarang sekali ditemukan pusat perbelanjaan, seperti toko pakaian, dll. Terkadang dia mengalami kesulitan untuk mencari pakaian-pakaian yang ia inginkan. Dengan adanya toko online, konsumen saya tidak kesulitan lagi mencari pakaian-pakaian yang ia inginkan. Dia hanya perlu mencari toko online yang menjual pakaian yang dia inginkan kemudian dia memesannya secara online pula. Dengan demikian, keinginannya untuk mendapatkan pakaian terbaru kini sudah terbantu berkat toko online. Lebih cepat dan lebih mudah.
 Kedua, pembeli dari segala usia bisa melakukan belanja secara online. Dengan memanfaatkan gadget yang anda miliki, anda bisa membeli barang yang anda inginkan secara online. Pembeli hanya tinggal memilih barang apa saja yang akan dipesan. Setelah melakukan pembayaran melalui transfer uang, pembeli hanya tinggal menunggu barang yang dipesan datang ke rumah secara langsung. Tidak repot harus keluar rumah dan mengeluarkan biaya bensin. Jika dihitung-hitung akan lebih mahal berbelanja secara langsung ke tokonya. Pembeli akan lebih banyak mengeluarkan uang. Selain untuk ongkos bensin, pastilah juga keluar biaya lain. Perlu usaha lebih dan godaannya pun semakin banyak jika berbelanja secara langsung.
Ketiga, belanja secara online sangat menghemat waktu dan energi. Bagi pekerja di Jakarta, tentu waktu dan energi adalah sesuatu hal yang sangat berharga. Pekerja yang terbiasa berangkat pagi hari dan pulang malam hari tentu saja tidak memiliki waktu lagi untuk berbelanja secara langsung kecuali pada hari libur. Dengan adanya toko online mereka tidak perlu lagi khawatir, karena berbelanja dapat di lakukan dimana saja dan kapan saja. Apakah ketika terjebak di kemacetan Jakarta atau saat terbangun tengah malam. Toko online selalu buka setiap saat selama 24 jam dalam seminggu.
Kelemahan Belanja Online
Dibalik keunggulan pastilah ada beberapa kelemahan. Namun hal ini bisa di hindari jika kita mengetahui sebelumnya. Berikut adalah beberapa kelemahan berbelanja secara online;
Pertama, barang yang dipajang di toko online bisa saja spesifikasinya berbeda dengan yang dikirimkan. Disinilah hak pembeli untuk meminta jaminan atau garansi. Jika spesifikasi tidak sesuai dengan yang dicantumkan di toko online pelanggan berhak mendapatkan penggantian atau uang kembali. Maka jangan lupa untuk screen shot halaman websitenya setiap kita akan membeli sebuah barang. Agar kita bisa melakukan komplen jika barang yang kita beli spesifikasinya tidak sesuai dengan yang disebutkan di toko onlinenya. Bahkan di forum jual beli pemberian garansi sudah menjadi hal yang lumrah sehingga pembeli tidak ragu dan khawatir lagi. Dengan adanya garansi justru akan menaikkan posisi tawar sebuah barang dan tentu saja menaikkan reputasi toko online tersebut.
Kedua, jika barang yang di kirim tidak sesuai dengan spesifikasinya yang paling repot adalah melakukan klaim. Prosesnya bisa lebih lama dibandingkan dengan proses membelinya. Maka ukuran sebuah toko online itu berkualitas atau tidak dapat dilihat juga dari proses kemudahan klaim. Jika hal ini diabaikan lebih baik pembeli menghindari toko online seperti ini. Untuk itu lihatlah testimoni-testimoni terhadap toko online tersebut. Di forum jual beli, testimoni pelanggan jelas sangat berpengaruh terhadap reputasi seorang pedagang. Dengan mengolah testimoni, sebuah toko online akan semakin besar dan semakin memiliki reputasi baik di mata calon pembeli. Pembeli biasanya akan menjadi pelanggan tetap, jika merasa puas dengan layanan dan proses yang baik. Akan lebih baik jika testimoni itu bukan hanya sebatas testimoni secara online.
Ketiga, toko online sangat bergantung pada kurir atau perusahaan jasa pengiriman. Lihat dengan teliti siapakah rekanan toko online tersebut. Karena proses pengiriman bisa saja lebih lama dari yang dijanjikan terutama pada masa-masa sibuk seperti saat Hari Raya. Durasi pengiriman yang cepat juga dapat meningkatkan reputasi toko online. Meskipun sebetulnya pengiriman sudah dilimpahkan pada jasa pengiriman. Maka ada baiknya pembeli memahami betul mana saja perusahaan jasa pengiriman yang bisa tepat waktu mengirimkan barang yang dipesan.
Kami mempunyai solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas :
Cari toko online yang memiliki rekam jejak yang baik melalui testimoni dan reputasinya. Jadilah pembeli yang cerdas. Untuk menjadi pembeli yang cerdas dimulai dari memilih toko online yang memang sudah betul-betul memiliki reputasi baik. Agar terhindar dari penipuan dan cybercrime lainnya. Pembeli juga harus teliti dengan barang-barang yang di deskripsikan. Jangan malu untuk bertanya dahulu kepada customer service. Pembeli harus cerewet untuk memastikan bahwa barang yang dipesan memang sesuai dengan keinginan pembeli. Proses tanya jawab tersebut bisa dilakukan melalui chatting atau via sms atau bbm, dan lain sebagainya. Tidak jarang mereka juga memiliki social media sehingga bisa lebih mendekatkan diri pada pelanggannya.




BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari keunggulan dan kelemahan tersebut saya pribadi lebih memilih berbelanja online pada toko online yang sudah direkomendasikan oleh teman-teman saya. Sehingga kerugian atau resiko adanya penipuan bisa dihindari. Maka, rekomendasi inilah yang sebetulnya harus dikelola dengan baik jika para pemilik toko online jeli. Karena rekomendasi adalah marketing yang paling efektif terutama dalam bisnis online.
Dari belanja online saya pun jadi ikut-ikutan berjualan online meskipun hanya sebatas menggunakan forum jual beli. Bahkan tidak sedikit yang menuai kesuksesan karena kemudahan berbelanja secara online menjadi kemudahan berdagang secara online. Toko online tidak perlu ditunggui bahkan tidak perlu mempekerjakan karyawan untuk menjaganya. Bukan tidak mungkin seorang pembeli online berubah menjadi pengusaha online. Dibalik itu semua, jual beli online bisa mendorong lahirnya pengusaha-pengusaha muda.
Dimasa-masa yang akan datang dimana proses keamanan berbelanja online semakin baik dan ketat tentu saja pembeli akan merasa nyaman dan merasa dimudahkan untuk melakukan belanja secara online. Yang perlu disiapkan adalah sistem yang baik agar bisa melindungi pembeli maupun penjual.

B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan utamanya kawan-kawan harus lebih hati-hati dalam melakukan pembelian secara online.  

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA





Kamis, 14 Maret 2013

rindu

ku tulis kata rindu di setiap belantara kalbuku..
hanyut terasa nadiku..
getaran rasa memburu jiwa..
sepi raga tanpa sosokmu..
setiap waktu bergema tanpamu..
inginku mengutarakannya..
namun ku tak mampu..
tak dapat ku melihatnya..
senada dengan hembusan nafasmu..
ku tak berdaya..
ku ingin melihatmu..
mendengar bisik cintamu..
menjamaku diruang dilema..
mengapa begitu sulit membayangkan wajahmu..
kelabu menjadi biru..
hingga waktu berlalu..

sepi hati

biarkan hati ini tergores penuh luka..
rintihan perih menyelimuti kalbu..
serpihan rasa membara menembus kehampaan..
dan terasa sakit merintih dalam raga..
biarlah langit menjadi gelap..
biarlah matahari tak bersinar..
hujan badai yang datang..
tak terasa menyapa..
hingga kabut malam menyelimuti bintang yang bersinar terang.
yang tak mampu memancarkan..
aku tetap disini meratap diri kehilangan arti..
karnaku sendiri menyapa sepi..

Rabu, 13 Maret 2013

iringan hati

tercipta di ruang sendu,,,
terangkai dengan indah melody sayu,,,
not cinta kamu,,,
ku tlah menyanyikan iringan rindu,,,
yang memaksaku tuk menjemputmu di antara ritme nadaku,,,
agar kau tergerak,,,
berjalan menuju cahaya yang memandumu,,,
dalam lirik cinta yang ku cipta,,,
senada dengan hatimu,,,

tanpa arah

disini aku dalam hening hati telah meninggalkanku dalam ruang kosong tanpa cahaya...
aku sendiri terdiam.
kau meninggalkanku diantara cinta yang tak ada lagi untukku...
smua hilang membawaku ke dalam jurang tidak ada yang menyelamatkanku...
dalam keterpurukan , kekalutan hati , kehancuran...
ku lelah...
ku menangis disudut suram ini..